Selamat datang di Coretan Sederhanaku, Semoga Coretan Sederhana ini Sedikitnya bisa bermanfaat bagi anda"Feliks Jerych"

Selasa, 29 Maret 2016

Peran Ilmu Psikologi Untuk Meminimalisir Kegagalan-Kegagalan terhadap Penyampaian Pesan Dalam Berinteraksi





TEMA:
Komunikasi Interpersonal











BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Dalam Hidupnya seorang manusia tidak akan pernah terlepas atau terhindar dari sapaan manusia lain. Dia akan selalu dan selalu bertemu sapa dengan individu-individu, baik itu di lingkungan masyarakat, sekolah, kampus, organisasi dan lain sebagainnya sesuai dengan struktur sosial, porsi dan kedudukannya masing-masing.
Dalam menjalankan roda kehidupan tersebut tentulah komunikasi menjadi sarana atau media yang nantinya akan mengarahkan jalan mana yang harus ditempuh. Berbicara mengenai komunikasi bukanlah sesuatu yang mudah seperti yang dibayangkan, apa lagi untuk memenuhi patokan di atas, yakni komunikasi sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup bermasyarakat.
Seperti yang kita semua ketahui bahwa di lingkungan manapun di dunia ini, pasti kita akan berhadapan dengan orang-orang yang memiliki karakter, watak, sikap dan kebudayaan yang berbeda-beda. Sehingga sulit untuk tidak mengakui bahwa kitapun akan kewalahan bila berhadapan dengan mereka. Dalam beberapa kasus mungkin hal ini tidak terlalu berpengaruh, misal jika kita berjalan di pasar dan ketemu dengan orang banyak dan kita abaikan, tidak akan terjadi apa-apa. Akan tetapi hal lain akan muncul bila itu terjadi pada saat kita memperjuangkan sesuatu. Dalam hal ini saya ambil contoh organisasi. Dalam memperjuangkan atau menjalankan roda sebuah organisasi tentu komunikasilah yang menjadi tumpuan kita agar ide-ide atau maksud kita dapat diketahui dan dipahami oleh orang lain.
Namun itu semua tidak akan berjalan lancar dan mulus sesuai yang kita harapkan, atau pesan komunikasi kita tidak akan tersampaikan dengan baik apabila kita tidak memiliki kemampuan untuk memahami watak, karakter, sifat dan kebudayaan dari lawan bicara kita. Ini adalah bagian terpenting dalam menyapaikan pesan komunikasi di organisasi atau pada saat kita berinteraksi dengan orang lain, karena kita semua tahu bahwa organisasi adalah wadah atau tempat berkumpulnya individu-individu yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda atau biasa disebut heterogen.

Sulit untuk tidak percaya bahwa semua orang akan mendapat masalah serius bila tidak memiliki kemampuan-kemampuan seperti yang dibahas di atas tadi, bahkan hal ini juga selalu menghantui pembicara-pembicara profesional dalam tour karir mereka.
Untuk memuluskan semua problema dan rintangan tersebut di atas tentu kita perlu adanya solusi, dimana solusi itu nantinya akan memecahkan persoalan-persoalan yang memiliki peluang terjadinya kegagalan-kegagalan dalam penyampaian pesan komunikasi atau pada saat individu berinteraksi. Sampai sejauh ini masyarakat di dunia percaya ilmu psikologi memiliki peran yang sangat penting dari kesuksesan mereka dalam menjalankan proses komunikasi. Hal tersebut kita harus akui, karena pengertian dari psikologi tersebut membuktikan itu, yakni “ilmu psikologi adalah: ilmu terapan yang mempelajari mengenai perilaku dan fungsi mental manusia secara ilmiah, (Wikipedia Bahasa Indonesia)”.
Menyadari hal tersebut di atas sangat urgent dalam kehidupan kita sehari-hari, yang tak pernah lepas dari proses interaksi, oleh karena itu lewat makalah yang berjudul “Peran Ilmu Psikologi Untuk Meminimalisir Kegagalan-Kegagalan terhadap Penyampaian Pesan Dalam Berinteraksi” saya mengajak semua lapisan masyarakat dari berbagai kalangan, mari kita bersama-sama mencoba, memahami dan mempraktekan ilmu ini dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga ke depannya persoalan-persoalan yang ditimbulkan oleh kesalahpahaman seperti yang dibahas panjang lebar di atas tadi akan semakin berkurang.


B.       Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan:
1.      Agar semakin memahami cara-cara berinteraksi yang baik dan benar
2.      Mengurangi kesalahan-kesalahan dalam penyampaian pesan pada saat berinteraksi.

BAB II
PEMBAHASAN

A.           Landasan Berpikir
Sebelum kita jauh menyelam dalam pembahasan ini, agar lebih terarah alangkah baiknya saya mulai dengan membahas pengertian dari beberpa aspek penting dalam makalah ini:
1.      Komunikasi sebagai model interaksi
Wilbur Schramm mengemukakan bahwa model komunikasi interaksional mengamati hubungan antara seorang pengirim dan penerima. Model komunikasi ini menekankan proses komunikasi dua arah diantara para komunikator. Dengan kata lain, komunikasi berlangsung dua arah: dari pengirim kepada penerima dan dari penerima kepada pengirim. Proses melingkar ini menunjukkan bahwa komunikasi selalu berlangsung. Pandangan interaksional mengilustrasikan bahwa seseorang dapat menjadi baik pengirim amupun penerima dalam sebuah interaksi, tetapi tidak dapat menjadi keduanya sekaligus[1].
Pernyataan Wilbur Schramm digambarkan seperti gambar di bawah ini.




2.             Proses Komunikasi
2.1.       Pengirim pesan (sender) dan isi pesan/materi
Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada seseorang dengan harapan   dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan atau diekspresikan oleh pengirim pesan.  Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas.
Materi pesan dapat berupa:
1.        Informasi
2.        Ajakan
3.        Rencana kerja
4.        Pertanyaan dan sebagainya

2.2.       Simbol/ isyarat
Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya dapat       dipahami oleh orang lain. Biasanya seorang manajer menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota badan, (tangan, kepala, mata dan bagian muka lainnya). Tujuan  penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap, perilaku atau menunjukkan arah tertentu.



2.3.       Media/penghubung
Adalah alat untuk penyampaian pesan seperti; TV, radio surat kabar,  papan pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi dsb.

2.4.       Mengartikan kode/isyarat
Setelah pesan diterima melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka si penerima pesan harus dapat mengartikan simbul/kode dari pesan tersebut, sehingga dapat dimengerti /dipahaminya.

2.5.       Penerima pesan
Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari sipengirim  meskipun dalam bentuk code/isyarat  tanpa mengurangi arti pesan  yang dimaksud oleh pengirim

2.6.       Balikan (feedback)
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi  kesan dari penerima pesan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap sipenerima pesan Hal ini penting bagi manajer atau pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar dan tepat. Balikan dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan balikan langsung yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak
Balikan yang diberikan oleh orang lain didapat dari pengamatan pemberi balikan terhadap perilaku maupun ucapan penerima pesan. Pemberi balikan menggambarkan perilaku penerima pesan sebagai reaksi  dari pesan  yang diterimanya. Balikan bermanfaat untuk memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan kepercayaan serta keterbukaan diantara komunikan, juga balikan dapat memperjelas persepsi.

2.7.       Gangguan
Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi  akan tetapi mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan adalah hal yang merintangi atau menghambat  komunikasi  sehingga penerima salah menafsirkan pesan  yang diterimanya[2].
3.             Psikologi Komunikasi
Menurut George A. Miller, psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan dan mengendalikan peristiwa mental dan perilaku dalam komuikasi[3].

Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi Hovland, Janis, dan Kelly, semuanya psikolog, mendefinisikan komunikasi sebagai “the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal) to modify the behavior of other individuals (the audience)”. Dapat diartikan komunikasi dalam kerangka psikologi behaviorisme sebagai usaha “menimbulkan respon melalui lambang-lambang verbal.[4]

B.            Fenomena
Dalam membahas fenomena ini saya tidak ingin bermuluk-muluk, saya mengambil contoh kasus-kasus sederhana yang terjadi di organisasi yang mungkin juga kasus-kasus seperti ini sering kita temukan dalam kehidupan kita sehari-hari di lingkungan masyarakat.
Dibeberapa kesempatan selama saya berada di organisasi, sering saya temukan persoalan-persoaalan serius terjadi yang dikarenakan kesalahpahaman, kesalahan persepsi dan lain sebagainya yang kalau saya analisa semuanya terjadi karena kurangnya pemahaman dan kesadaran dari organ-organ organisasi tersebut akan pentingnya peran psikologi dalam membangun komunikasi yang berintelek.
Kasus-kasus yang saya temukan seperti: minggatnya anggota dari keorganisasian karena tidak merasa nyaman dengan pengurus yang ada. Dan Anggota menangis karena candaan berlebihan yang diberikan anggota lain. Mungkin ini adalah kasus yang sangat sederhana bila kita bandingkan dengan peristiwa-peristiwa besar lain yang terjadi dilingkungan masyarakat saat ini. Namun saya tekankan, permasalahan-permasalahan sederhana inilah yang nantinya akan menjadi permasalahan serius di kemudian hari bila tidak diatasi dengan baik atau dengan langkah yang bijak.

C.           Analisa
Merujuk pada pengertian dan pembahasan dari berbagai cabang ilmu pengetahuan yang terdapat dalam pembahasan di atas tadi, juga melihat fenomena yang sudah saya angkat sebelumnya. Itu semua adalah bagian dari kegagalan-kegagalan dalam berinteraksi. Pada kesempatan ini saya bisa menegaskan bahwa remaja atau masyarakat sekarang, hasrat untuk membaca bukunya sangat rendah, hal ini dipengaruhi oleh kemajuan teknologi komunikasi yang ditandai dengan maraknya gadget-gadget yang beredar di masyarakat. Sulit untuk tidak setuju bahwa hampir sebagian besar waktu kita yang hidup pada jaman ini dihabiskan dengan menggunakan gadget. Tentu hal ini sangat berdampak buruk bagi keharmonisan hubungan kita. Mengapa demikian? Dalam pembahasan mengenai psikologi komunikasi di atas tadi mengatakan psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan dan mengendalikan peristiwa mental dan perilaku dalam komuikasi. Untuk mempraktekan ilmu psikologi tersebut tentu kita harus terbiasa berkumpul atau berdiskusi dengan orang lain, Sehingga mental kita terbiasa bila berhadapan dengan orang lain yang kita tahu memiliki watak, dan latar kebudayaan yang berbeda-beda.

D.           Kesimpulan
Jika kita sering membaca terutama membca tentang proses komunikasi, dan psikologi komunikasi; “karena pembahasan kita mengenai peran psikologi dalam komunikasi”, dan juga sering berkumpul dan berdiskusi dengan individu lain, maka saya yakin hal-hal seperti yang saya angkat di fenomena tadi akan berkurang dengan sendirinya. Karena kita sudah memahami betul apa yang seharusnya kita perbuat atau kita ucapkan kepada lawan bicara kita sehingga dia bisa menerimanya dengan baik. Selain itu juga membaca dan berdiskusi yang dilakukan dengan rutin akan berdampak baik bagi perkembangan intelektual kita, Terutama dalam menghadapi tantangan-tantangan yang luar biasa di masa depan.


DAFTAR PUSTAKA

Ainul, Robbi. “Model-Model Komunikasi Menurut Para Ahli”. 16 Juli 2012.

Anonim. “Proses Komunikasi: Pengirim Pesan, Penerima Pesan, dan Pesan”. 18 Juni 2012. http://mengerjakantugas.blogspot.co.id/2012/06/proses-komunikasi-pengirim-pesan.html.

Wiranata Widiarti. “Definisi & 5 Teori Psikologi Komunikasi”. 1 Agustus 2014. http://widdy.weebly.com/blog/definisi-5-teori-psikologi-komunikasi.

Yuni Sri Wahyuni. “Psikologi Komunikasi”. 2011.


[1] Ainul, Robbi. “Model-Model Komunikasi Menurut Para Ahli”. 16 Juli 2012. http://info-infokomunikasi.blogspot.co.id/2012/07/model-komunikasi.html.
[2] Anonim. “Proses Komunikasi: Pengirim Pesan, Penerima Pesan, dan Pesan”. 18 Juni 2012. http://mengerjakantugas.blogspot.co.id/2012/06/proses-komunikasi-pengirim-pesan.html.
[3] Wiranata Widiarti. “Definisi & 5 Teori Psikologi Komunikasi”. 1 Agustus 2014. http://widdy.weebly.com/blog/definisi-5-teori-psikologi-komunikasi.
[4] Yuni Sri Wahyuni. “Psikologi Komunikasi” http://yunitekpend.blogspot.co.id/p/apa-itu-psikologi-komunikasi.html

Seputar Ideologi



A.      Pengertian Ideologi
1.      Secara Etimologi
Istilah ideologi berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari dua kata, yaitu idea dan logi. Ideaberarti melihat(idean), sedangkan logi berasal dari kata logos yang berarti pengetahuan atau teori. Jadi, ideologi dapat diartikan hasil penemuan dalam pikiran yang berupa pengetahuan atau teori. Ideologi dapat juga diartikan suatu kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas, pendapat (kejadian) yang memberikan arah tujuan untuk kelangsungan hidup.

2.      Menurut Para Ahli
      Ada banyak para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai ideologi, berikut adalah tiga   diantaranya:
a.       Karl Max
Karl Marx memahami ideologi berlawanan dengan pengertian ideologi menurut Destutt de Tracy. Menurut Karl Marx, ideologi adalah kesadaran palsu. Mengapa disebut kesadaran palsu? Karena ideologi merupakan hasil pemikiran yang diciptakan oleh pemikirnya, Padahal kesadaran para pemikir tersebut pada dasarnya ditentukan oleh kepentingannya. Jadi ideologi menurut Karl Marx adalah pengandalan-pengandalan spekulatif yang berupa agama moralitas, atau keyakinan politik. Meskipun spekulatif ideologi tersebut dianggap sebagai kenyataan untuk menyembunyikan atau melindungi kepentingan kelas sosial pemikir tersebut.
Namun, ideologi negara dapat diartikan sebagai alat untuk mensejahterakan masyarakat. Karena ideologi negara didasarkan atas kepentingan masyarakat jadi pemikiran tersebut bertujuan untuk kesejahteraan rakyatnya.
   b.      Louis Althuser
Louis Althuser adalah murid Karl Marx. Meskipun begitu, ia tidak setuju dengan gagasan Karl Marx mengenai Ideologi. Menurutnya, Ideologi adalah gagasan spekulatif tetapi ideologi bukan gagasan palsu karena gagasan spekulatif tersebut bukan dimaksudkan untuk menggambarkan realitas melainkan untuk memberikan gambaran tentang bagaimana semestinya manusia menjalani hidupnya. Sesungguhnya setiap orang membutuhkan ideologi, karena setiap orang perlu memiliki keyakinan tentang bagaimana semestinya ia menjalankan kehidupannya.

c.       Dr. Alfian
Ideologi adalah suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan mendalam tentang bagaimana cara yang tepat, yaitu secara moral dianggap benar dan adil, mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai segi kehidupan.


B.       Ideologi dibedakan menjadi dua
1.      Ideologi Tertutup
Ideologi tertutup adalah ideologi yang bersifat mutlak. Dengan kata lain bahwa Ideologi tertutup merupakan ajaran atau pandangan dunia atau filsafat yang menentukan tujuan-tujuan dan norma-norma politik dan sosial, yang ditasbihkan sebagai kebenaran yang tidak boleh dipersoalkan lagi, melainkan harus diterima sebagai sesuatu yang sudah jadi dan harus dipatuhi.
Ciri-ciri ideologi tertutup, adalah:
·         bukan merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat, melainkan cita-cita sebuah kelompok yang digunakan sebagai dasar untuk mengubah masyarakat;
·         apabila kelompok tersebut berhasil menguasai Negara, ideologinya itu akan dipaksakan pada masyarakat. Nilai-nilai, norma-norma, dan berbagai segi kehidupan masyarakat akan diubah sesuai dengan ideologi tersebut;
·         bersifat totaliter, artinya mencakup/ mengurusi semua bidang kehidupan. Karena itu, ideologi tertutup ini cenderung cepat-cepat berusaha menguasai bidang informasi dan pendidikan; sebab, kedua bidang tersebut merupakan sarana efektif untuk mempengaruhi perilaku masyarakat;
·         pluralisme pandagan dan kebudayaan ditiadakan, hak asasi tidak dihormati;
·         menuntut masyarakat untuk memiliki kesetiaan total dan kesediaan untuk berkorban bagi ideologi tersebut.
·         isi ideologi tidak hanya nilai-nilai dan cita-cita, tetapi tuntutab-tuntutan konkret dan operasional yang keras, mutlak, dan total.
2.      Ideologi Terbuka
Ideologi terbuka adalah ideologi yang tidak dimutlakkan. Dapat diartikan juga bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakatnya sendiri. Ideologi terbuka merupakan ideologi yang dapat berinteraksi dengan perkembangan zaman dan adanya dinamika secara internal.
Ciri-ciri ideologi terbuka, adalah:
·           merupakan kekayaan rohani, dan budaya masyarakat (falasafah). Jadi, bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan kesepakatan masyarakat;
·           tidak diciptakan oleh Negara, tetapi ditemukan dalam masyarakat sendiri; ia adalah milik seluruh rakyat, dan bisa digali dan ditemukan dalam kehidupan mereka;
·           isinya tidak langsung operasional. Sehingga, setiap generasi baru dapat dan perlu menggali kembali falasafah tersebut dan mencari implikasinya dalam situasi kekinian mereka.
·           tidak pernah memperk0sa kebebasan dan tanggungjawab masyarakat, melainkan menginspirasi masyarakat untuk berusaha hidup bertanggungjawab sesuai dengan falsafah itu.
·           menghargai pluraritas, sehingga dapat diterima warga masyarakat yang berasal dari berbagai latar belakang budaya dan agama.

C.       Macam-macam Ideologi
1.      Pancasila
Pancasila terdiri dari dua kata dari Sansekerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia berisi:
1.       Ketuhanan Yang Maha Esa
2.       Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
3.       Persatuan Indonesia
4.       Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan
5.       Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Pancasila adalah IDEOLOGI Negara Indonesia.

2.      Demokrasi
Demokrasi artinya hukum untuk rakyat oleh rakyat. Kata ini merupakan himpunan dari dua kata: demos yang berarti rakyat, dan kratos berarti kekuasaan. Jadi artinya kekuasaan ditangan rakyat.Sebenarnya pemikiran untuk melibatkan rakyat dalam kekuasaan sudah muncul sejak zaman dahulu. Di beberapa kota Yunani didapatkan bukti nyata yang menguatkan hal ini, seperti di Athena dan Sparta. Hal ini pernah diungkapkan Plato, bahwa sumber kepemimpinan ialah kehendak yang bersatu milik rakyat. dalam suatu kesempatan Aristoteles menjelaskan macam-macam pemerintahan, dengan berkata,“ada tiga mcam pemerintahan: kerajaan, aristokrasi, republik, atau rakyat memegang sendiri kendali urusannya.”
1.      Inti pemikiran: kedaulatan ditangan rakyat
2.      Filsafat: menurut Dr. M. Kamil Lailah menetapkan tiga macam justifikasi ilmiah dari prinsip demokrasi, yaitu: a. ditilik dari pangkal tolak dan perimabngan yang benar, bahwa system ini dimaksudkan untuk kepentingan sosial dan bukan untuk kepentingan individu, b. unjustifikasi berbagai macam teori yang bersebrangan dengan prinsip demokrasi, c. opini umum dan pengaruhnya
3.      Landasan pemikiran. Rakyat membuat ketetapan hukum bagi dirinya sendiri lewat dewan perwakilan, yang kemudian dilaksanakan oleh pihak pemerintah atau eksekutif.
4.      Sistem pemerintahan (harus): domokrasi. Negara Penganutnya adalah Inggris, Norwegia, Denmark, Swedia, Belanda, Belgia, Australia, Selandia Baru, Israel, dan Venezuela.

3.      Komunisme
Komunisme adalah paham yang mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi dan golongan, paham komunis juga menyatakan semua hal dan sesuatu yang ada di suatu negara dikuasai secara mutlak oleh negara tersebut Penganut faham ini berasal dari Manifest der Kommunistischen yang di tulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, sebuah manifes politik yang pertama kali diterbitkan pada 21 Februari 1848 teori mengenai komunis sebuah analisis pendekatan kepada perjuangan kelas (sejarah dan masa kini) dan ekonomi kesejahteraan yang kemudian pernah menjadi salah satu gerakan yang paling berpengaruh dalam dunia politik.
Negara yang masih menganut komunisme adalah Tiongkok, Vietnam, Korea Utara, Kuba dan Laos.



4.      Liberalisme
Liberalisme atau Liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama. Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Liberalisme menghendaki adanya, pertukaran gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang mendukung usaha pribadi (private enterprise) yang relatif bebas, dan suatu sistem pemerintahan yang transparan, dan menolak adanya pembatasan terhadap pemilikan individu
Negara penganut Liberalisme yaitu: Amerika Serikat, Argentina, Yunani, Rusia, Zimbawe, Australia, Jerman, Spanyol, Swedia dll.

5.      Kapitalisme
Kapitalisme atau Kapital adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Kapitalisme memiliki sejarah yang panjang, yaitu sejak ditemukannya sistem perniagaan yang dilakukan oleh pihak swasta. Di Eropa, hal ini dikenal dengan sebutan guild sebagai cikal bakal kapitalisme. Adam Smith adalah tokoh ekonomi kapitalis klasik yang menyerang merkantilisme yang dianggapnya kurang mendukung ekonomi masyarakat. Ia menyerang para psiokrat yang menganggap tanah adalah sesuatu yang paling penting dalam pola produksi. Gerakan produksi haruslah bergerak sesuai konsep MCM (Modal-Comodity-Money, modal-komoditas-uang), yang menjadi suatu hal yang tidak akan berhenti karena uang akan beralih menjadi modal lagi dan akan berputar lagi bila diinvestasikan. Adam Smith memandang bahwa ada sebuah kekuatan tersembunyi yang akan mengatur pasar (invisible hand), maka pasar harus memiliki laissez-faire atau kebebasan dari intervensi pemerintah. Pemerintah hanya bertugas sebagai pengawas dari semua pekerjaan yang dilakukan oleh rakyatnya.
Negara yang menganut paham kapitalisme adalah Inggris, Belanda, Spanyol, Australia, Portugis, dan Perancis.

6.      Fasisme
Fasisme merupakan sebuah paham politik yang mengangungkan kekuasaan absolut tanpa demokrasi. Dalam paham ini, nasionalisme yang sangat fanatik dan juga otoriter sangat kentara.
Kata fasisme diambil dari bahasa Italia, fascio, sendirinya dari bahasa Latin, fascis, yang berarti seikat tangkai-tangkai kayu. Ikatan kayu ini lalu tengahnya ada kapaknya dan pada zaman Kekaisaran Romawi dibawa di depan pejabat tinggi. Fascis ini merupakan simbol daripada kekuasaan pejabat pemerintah.
Negara yang menganut paham faiisme adalah: Italia, Jerman.

7.      Sosialisme
Sosialisme atau sosialis adalah paham yang bertujuan membentuk negara kemakmuran dengan usaha kolektif yang produktif dan membatasi milik perseorangan. Sosialisme dapat mengacu ke beberapa hal yang berhubungan dengan ideologi atau kelompok ideologi, sistem ekonomi, dan negara. Istilah ini mulai digunakan sejak awal abad ke-19. Dalam bahasa Inggris, istilah ini digunakan pertama kali untuk menyebut pengikut Robert Owen pada tahun 1827. Di Perancis, istilah ini mengacu pada para pengikut doktrin Saint-Simon pada tahun 1832 yang dipopulerkan oleh Pierre Leroux dan J. Regnaud dalam l'Encyclopédie Nouvelle. Penggunaan istilah sosialisme sering digunakan dalam berbagai konteks yang berbeda-beda oleh berbagai kelompok, tetapi hampir semua sepakat bahwa istilah ini berawal dari pergolakan kaum buruh industri dan buruh tani pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20 berdasarkan prinsip solidaritas dan memperjuangkan masyarakat egalitarian yang dengan sistem ekonomi menurut mereka dapat melayani masyarakat banyak daripada hanya segelintir elite. Negara yang menganut paham sosialisme adalah Kuba dan Venezuela.


8.      Anarkisme
Anarkisme yaitu suatu paham yang mempercayai bahwa segala bentuk negara, pemerintahan, dengan kekuasaannya adalah lembaga-lembaga yang menumbuhsuburkan penindasan terhadap kehidupan, oleh karena itu negara, pemerintahan, beserta perangkatnya harus dihilangkan/dihancurkan.
Secara spesifik pada sektor ekonomi, politik, dan administratif, Anarki berarti koordinasi dan pengelolaan, tanpa aturan birokrasi yang didefinisikan secara luas sebagai pihak yang superior dalam wilayah ekonomi, politik dan administratif (baik pada ranah publik maupun privat).

9.      Konservatisme
Hal atau unsure yang terkandung di dalamnya, antara lain:
1.      Inti pemikiran: memelihara kondisi yang ada, mempertahankan kestabilan, baik berupa kestabilan yang dinamis maupun kestabilan yang statis. Tidak jarang pula bahwa pola pemikiran ini dilandasi oleh kenangan manis mengenai kondisi kini dan masa lampau.
2.      Filsafatnya adalah bahwa perubahan tidak selalu berarti kemajuan. Oleh karena itu, sebaiknya perubahan berlangsung tahap demi tahap, tanpa menggoncang struktur social politik dalam negara atau masyarakat yang bersangkutan.
3.      Landasan pemikirannya adalah bahwa pada dasarnya manusia lemah dan terdapat “evil instinct and desires” dalam dirinya. oleh karena itu perlu pola-pola pengendalian melalui peraturan yang ketat.
4.      System pemerintahan (boleh): demokrasi, otoriter.

10.  Marxisme
Marxisme, dalam batas-batas tertentu bisa dipandang sebagai jembatan antara revolusi Prancis dan revolusi Proletar Rusia tahun 1917. Untuk memahami Marxisme sebagai satu ajaran filsafat dan doktrin revolusioner, serta kaitannya dengan gerakan komunisme di Uni Soviet maupun di bagian dunia lainnya, barangkali perlu mengetahui terlebih dahulu kerangka histories Marxisme itu sendiri.
Berbicara masalah Marxisme, memang tidak bisa lepas dari nama-nama tokoh seperti Karl Marx (1818-1883) dan Friedrich Engels (1820-1895). Kedua tokoh inilah yang mulai mengembangkan akar-akar komunisme dalam pengertiannya yang sekarang ini. Transisi dari kondisi masyarakat agraris ke arah industrialisasi menjadi landasan kedua tokoh diatas dalam mengembangkan pemikirannya. Dimana eropa barat telah menjdai pusat ekonomi dunia, dan adanya kenyataan di mana Inggris Raya berhasil menciptakan model perkembangan ekonomi dan demokrasi politik.Tiga hal yang merupakan komponen dasar dari Marxisme adalah:
1.        filsafat dialectical and historical materialism
2.        sikap terhadap masyarakat kapitalis yang bertumpu pada teori nilai tenaga kerja dari David Ricardo (1772) dan Adam Smith (1723-1790)
3.        menyangkut teori negara dan teori revolusi yang dikembangkan atas dasar konsep perjuangan kelas. Konsep ini dipandang mampu membawa masyarakat ke arah komunitas kelas.
Dalam teori yang dikembangkannya, Marx memang meminjam metode dialektika Hegel. Menurut metode tersebut, perubahan-perubahan dalam pemikiran, sifat dan bahkan perubahan masyarakat itu sendiri berlangsung melalui tiga tahap, yaitu tesis (affirmation), antitesis (negation), dan sintesisI (unification). Dalam hubungan ini Marx cendrung mendasarkan pemikiran kepada argumentasi Hegel yang menandaskan bahwa kontradiksi dan konflik dari berbagai hal yang saling berlawanan satu sama lain sebenarnya bisa membawa pergeseran kehidupan social-politik dari tingkat yang sebelumnya ke tingkat yang lebih tinggi. Selain dari itu, suatu tingkat kemajuan akan bisa dicapai dengan jalan menghancurkan hal-hal yang lama dan sekaligus memunculkan hal-hal yang baru.