Selamat datang di Coretan Sederhanaku, Semoga Coretan Sederhana ini Sedikitnya bisa bermanfaat bagi anda"Feliks Jerych"

Jumat, 04 Desember 2015

Salah Sangka; Salah Langkah




Entah apa yang dicari?
Entah apa yang diperebutkan?
Kedua pertanyaan itu seakan sulit untuk dijelaskan dan dijawab, mengingat kita datang ditanah rantau dengan tujuan dan maksud yang sangat jelas dan mulia. Yakni datang untuk memperbaiki yang harus diperbaiki, mencari bekal untuk masa depan yang cerah demi kesejahtraan diri dan kebanggaan keluarga. Walaupun kita setiap individu memiliki tujuan yang berbeda namun saya yakin, pada umumnya seperti yang saya paparkan di attas.
Keluarga, lebih-lebih bapa dan mama sudah sangat percaya, bahwa kitalah yang nantinya menjadi satu-satunya alasan terbaik mereka untuk bangga dan tersenyum. Sehingga mereka pun tanpa ragu menuruti dan mendukung keinginan/cita-cita kita untuk melanjutkan pendidikan dan mengirim kita ke tanah rantauan.
Namun apa jadinya jika kita menjawab semua ketulusan itu dengan sangat rendah. peristiwa yang terjadi beberapa jam yang lalu, sangatlah menyedihkan, memalukan dan semua hal konyol lainnya mungkin belum cukup untuk mewakili tragedi itu.
Hal ini saya katakana bukan tanpa alasan. Dan alasan itu saya yakin anda semua sudah mengetahuinya. Gelar mahasiswa bukanlah gelar yang sembarang, rendah dan remeh jika ditafsirkan dengan penuh kecerdasan, karena hanya ada dua hal di dunia ini yang masuk dalam kategori “MAHA” yakni Maha Esa da Mahasiswa. Walaupun kedua hal tersebut memiliki perbedaan level yang sangat jauh, namun demikian tetap saja tidak bisa dipungkiri bahwa mahasiswa memiliki arti dan makna yang tinggi juga.
Pertanyaannya, melihat patokan definisi Mahasiswa yang tinggi itu, sudah pantaskah kita menyandangnya? Atau sudah pantaskah kita disebut sebagai mahasiswa??
Ini pertanyaan sederhana namun membutuhkan tindakan, tingkah bijak dan kecerdasan yang tinggi untuk menjawabnya.
Melihat atau dengan munculnya tragedi mengerikan semalam http://beritajatim.com/peristiwa/252221/tawuran_antar_mahasiswa_flores,_1_tewas.html#.Vkgd0k_aHIV tentu sangat meragukan kualitas kita sebagai Mahasiswa, dan bahkan masyarakat menganggap bahwa mahasiswa sekarang sudah tidak ada apa-apanya lagi. Iya sulit untuk tidak setuju dengan pernyataan tersebut, walau itu bukanlah kalimat favorit untuk saya dengar, tapi fakta memaksakan hal itu.
Mengapa demikian? Jika kita benar-benar mahasiswa, tentu kita memiliki langkah-langkah yang bijak untuk menyelesaikan persoalan. Saya paham, kalau manusia adalah mahluk yang sensitif, namun jika kita memilih tindak anarkis untuk merespon rangsangan yang kita terima, apa nilai lebih yang bisa kita tunjukan untuk saudara kita yang belum mencapai atau belum pernah sekalipun menyandang gelar Maha.
Dari kasus ini, pertanyaan yang memiliki rating tinggi adalah “Apa yang diperebutkan”. Dalam menganalisis sebuah persoalan tentu hal terpenting adalah apa penyebabnya, namun saya tidak terlalu tertarik untuk menggalinya. Karena saya tidak memiliki kuasa untuk menentukan siapa yang salah dan siapa yang benar dan atau memberikan ganjaran.
Saya hanya ingin mencoba merefleksi arti hakekat mahasiswa. Semua persoalan pasti memiliki solusi nah tugas kita sebagai mahasiswa adalah mencari solusi itu dan menganalisa efeknya. Dalam proses mencari solusi tentu ada begitu banyak pilihan yang akan muncul dan mau menawarkan dirinya untuk dipilih. Tinggal kita memilah dan memilih mana yang terbaik. Ini bukanlah pekerjaan muda, jika kita dibawa tekanan yang tinggi, namun karena kita adalah mahasiswa, kita harus mampu menemukannya. Disitulah salah satu kehebatan yang dimiliki mahasiswa.
Dan prestasi tersebut tentu tidak bisa kita dapat dengan instant atau mudah, semuanya membutuhkan proses dan latihan secara terus menerus. Jadi mulailah berlati untuk bersikap bijak dalam menghadapi setiap persoalan. Perbanyaklah teman dalam hidup ini, karena hidup ini singkat, sangat disayangkan jika kita menghabiskannya dengan penuh kebencian.

Minggu, 10 Mei 2015

Memotret Remaja Australia Terapkan Penghargaan di Hari Mother’s Day

 
 Happy Mother
Hari ini, Minggu tanggal 10 mei, 2015 merupakan “Mother’s Day” atau Hari Ibu di Australia. Ada hal menarik, yang mungkin dapat dipetik manfaatnya bagi para remaja kita. Yakni bagaimana remaja disini mengkoordinir beragam kegiatan sosial. Sebagai bentuk penghargaan bagi kaum ibu.
Bertepatan dengan Hari Ibu, jatuh pada hari Minggu, maka para remaja dari berbagai kalangan telah melakukan berbagai kegiatan sosial. Disamping pengumpulan dana untuk membantu para pengungsi yang sedang sakit, salah satunya adalah mempersiapkan berbagai makanan kecil khususnya bagi kaum ibu.

 
Bu Lina sedang mengambil kue/doc.pri
Mengambil tempat di aula Rumah Sekolah, sejak pagi hari sudah tampak berbagai kesibukan dari para remaja ini, yang rata rata berusia antara 12 – 14 tahun. Mereka ini adalah siswi dari SMP, yang bergabung dalam organisasi muda mudi.
Dengan wajah ceria, mereka menanti ibadah hari Minggu selesai dan dianak tangga mereka sudah siap dengan napan yang berisi kue aneka ragam. Sambil tersenyum manis,mengucapkan pada setiap wanita:” Happy Mother’s Day”. Dan kemudian menyodorkan napan berisi kue.

morning tea/doc.pri

Saya biarkan istri saya mengambil sebuah kue, sedangkan saya tidak mengambilnya, karena saya pikir itu hanya untuk kamu ibu. Eh ternyata disusul sama si nona, sambil mengatakan: ”Excuse me, for you too”,sambil tersenyum. “Kue ini saya buat sendiri, cobalah ya “ katanya. Maka saya pun mengambil satu.
Mempersiapkan Morning Tea
Ternyata tidak hanya sebatas sepotong kue,tetapi para remaja ini, sudah mempersiapkan dua buah meja, yang berisikan the dan kopi,serta beragam jenis makanan kecil. Ketika saya tanyakan, dari mana mereka dapatkan dana untuk membuat kue dan mempersiapkan semuanya ini?
“Kami joint, mengumpulkan dari jajanan “Kata Jenny, yang kelihatan jadi pemimpinnya. Sebagian kami belikan bunga untuk ibu kami dan selebihnya kami siapkan makanan kecil ini untuk semua ibu ibu yang berkenan singgah” 

Jenny,paling kanan dan Amy diujung kiri/doc,pri

Kami terharu, menyaksikan keikhlasan mereka untuk bekerja keras dan mengeluarkan dana sendiri, demi untuk memberikan penghargaan bagi kaum ibu. Kelihatan ada kaum bapak yang kasak kusuk,mengajak untuk mengumpulkan sedikit dana untuk membantu, keuangan anak anak ini. Kami berdua tentu sangat setuju. Namun ketika hasil uang yang terkumpul diserahkan kepada Jenny, ia malah menolak dengan halus. ”Terima kasih, please berikan saja pada pastor, agar dapat membantu orang orang sakit dan membutuhkan dana. Kami tidak mau menerima uang.”
Bahasanya sangat lemah lembut, namun ketegasannya sangat nyata, bahwa semua mereka lakukan dengan ikhlas dan tak ingin mendapatkan imbalan dalam bentuk apapun.
“Suatu waktu, kami semua akan menjadi seorang ibu dan kami mau mulai belajar sejak sekarang, bagaimana melayani orang lain, tanpa menerima imbalan apapun. Karena hal itulah yang dilakukan oleh para ibu di dunia.” Kata Jenny yang tampil dengan sikap dan tutur kata yang jauh lebih dewasa dari pada umurnya yang baru 14 tahun.

remaja ini ,belajar,memberi tanpa pamrih/doc.pri


Tolong Doakan Kami
Sambil tangannya sibuk melayani. Amy,yang mengaku baru kenal Jenny dalam kegiatan sosial ini, tampaknya tak kalah lincah dari Jenny. “Tolong doakan kami, agar kelak jadi ibu ibu yang baik” katanya sambil menatap dengan matanya yang tulus dan berbinar binar.
“Kami berbagi tugas,kebetulan saya dapat tugas disini. Teman teman saat ini juga sedang melakukan kegiatan yang sama di beda lokasi. Pokoknya hari ini, kami ingin mengisi hari kami dengan menyampaikan rasa hormat kami, bukan hanya kepada ibu kami saja, tetapi kepada semua ibu ibu”
Terharu
Menyaksikan anak anak remaja ini, berbaur dari berbagai sekolah, untuk sebuah kegiatan sosial, untuk mengawali hari hari mereka, dengan belajar melayani, seperti seorang ibu melayani keluarganya, tanpa pamrih.
Tanpa terasa, saya sangat terharu. Semoga dapat menjadi contoh bagi para remaja kita di tanah air.

Mother’s Day, 10 May, 2015