Pembawa renungan: Feliks Jerych
Pada
tahun 1914 ada sebuah kisah menarik yang terjadi di malam Natal. Saat itu
terjadi peperangan antara Inggris, Jerman dan Prancis. Dimalam Natal seperti
itu, pastilah para prajurit ingin berada di rumah, berkumpul dengan keluarga,
menyiapkan kado-kado, bernyanyi dan menikmati sukacita serta hidangan yang
enak. Tapi kali ini mereka berada jauh dari rumah, jauh dari keluarga dan
orang-orang yang dicintai. Salju yang turun menambah dinginnya udara malam dan
dinginnya hati mereka. Perut lapar, dan pakaian yang basah, dinginnya udara dan tempat tinggal yang becek serta
ketidaknyamanan suasana perang merupakan suatu harmoni yang semakin
menghilangkan semangat untuk mengangkat senjata. Ada satu kerinduan untuk
berkumpul bersama keluarga di depan perapian sambil mengunya kue-kue yang
lezat.
Seorang
prajurit merintih menahan sakit, sementara yang lain menggigil kedinginan.
Pimpinan mereka pun malam itu tidak seperti biasanya. Ia kelihatan sangat bersedih,
menangis teringat akan anak dan istrinya. Entah kapan mereka akan pulang dan berada
ditengah orang-orang yang mereka kasihi. Mereka semua berdiam membisu dalam
beberapa jam, tetapi tiba-tiba nampak cahaya kecil yang bergerak-gerak dari
arah pasukan Jerman. Ternyata ada prajurit Jerman yang membuat pohon natal
kecil dan mengangkatnya keatas agar kelihatan. Ia melakukan itu sambil
mengalunkan lagu “Stille Nacht, Heilige Nacht” atau lagu “malam kudus”. Alunan
lembut lagu itu membuat hati para prajutrit pilu karena mereka teringat suasana
natal di tengah keluarga. Prajurit Jerman yang menyanyikan lagu itu ternyata
adalah seorang penyanyi tenor opera terkenal sebelum dikirim ke medan perang.
Sambil bernyanyi prajurit itu berdiri dari tempat persembunyiannya sehingga
musuh dapat melihatnya. Ia ingin
menyampaikan makna natal yang sesungguhnya, yaitu berbagi kasih dan damai.
Prajurit tersebut bersediah mengorbankan nyawanya, ia bersediah ditembak oleh
musuh karena mereka pasti melihatnya dengan jelas. Tetapi apakah yang terjadi?
Satu
persatu dari masing-masing pasukan keluar dari persembunyiannya dan ikut
bernyanyi. Mereka berkumpul bersama dan air mata tidak tertahankan. Seorang
prajurit Inggris musuh bebuyutan Jerman malah mengiringi nyanyian tersebut dengan
sebuah alat musik tiup yang dibawahnya. Tidak ada lagi lawan, tidak ada lagi
peperangan, tidak ada benci, yang ada hanya kedamaian dalam kebersamaan. Mereka
semua bernyanyi dalam bahasa mereka masing-masing, dilanjutkan lagi dengan lagu
“Hai Mari Berhimpun”. Mereka yang tadinya adalah musuh yang berusaha saling
membunuh, kini merasakan aliran kasih natal. Mereka bersama-sama menyembah dan
bersyukur atas kelahiran Juru Selamat.
Kedamaian muncul ketika jauh dari
orang-orang yang terkasih.
Komentar…
Natal menyejukan hati yang berkecamuk
oleh kebencian, iri hati, dan amarah
Komentar…
Natal menumbuhkan keberanian dalam
menghadapi persoalan hidup
Komentar…
Kasih natal dapat memusnahkan permusuhan
Komentar…
Tuhan menolong kita dengan caranya
sendiri.
Komentar…
Selamat merayakan natal 2013
semoga dengan kelahiran Sang Juru
Selamat
Dapat membawa Perubahan dalam diri
kita
Dapat menyejukan hati yang penuh
dengan api amarah, kebencian, iri
hati, dan dengki.
Marilah kita berbagi kasih dan
kedamaian
yang Tuhan telah bagikan untuk
kita.
Mohon maaf, atas tingkah dan canda
yang selama ini
mungkin terlalu berlebihan
hingga membuat kalian sakit hati.
Salam
F. Jerych :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar