Frekuensi Jendera
Rabu, 25 April 2018
Sabtu, 21 April 2018
Minggu, 19 November 2017
Pesonamu
Keremangan berpendar kilau mengerlap
Lantunan rima meliuk riuh mengaduh
Gaun putih merah jambu bayimu
Lekuk memeluk segala yang terselubung
Mata terperanjat dikala senyuman manja menampak
Raut sederhanamu merekah merona
Semua insan bergelora kau mempesona
Serabut halus nan tipis bergetar perlahan menyisir
Terhempas gejolak jiwa yang terpendam
Silang menyilang nakal pun lembut bertumpuh
Peluh hangat bersimbah semerbak
Memeluk batang salju rapuh nan kaku
Ah...dasar jasad yang malang
Sungguh sempurna takdirmu
Kau beri kebahagiaan
Kau nikmati segala nikmatnya
FJerych
Kamis, 16 November 2017
Sinetron Vanto
Kebanyakan sinetron Indonesia menceritakan tentang orang yang bingung karena terhimpit masalah, hutang dan sebagainya. Karena kebingunan itu, mereka biasanya sering kehilangan konsentrasi dan pada akhrinya, anda bisa menebak bahwa satu-satunya jalan keluar terbaik menurut pikiran bingung mereka adalah dengan cara menabrakan diri. Atau bisa juga dengan jalan semaunya dan sesuka hati dengan harapan mendapat tabrakan; yah orang bingung memang aneh, mereka biasanya memiliki cita-cita aneh juga. Cita cita mendapat tabrak adalah sesuatu yang sulit untuk dicerna secara rasional. Kecuali jika alasan mereka adalah ingin mati. Tapi dalam sinetron anda bisa melihat bahwa hobi aneh itu, tidak menghantar mereka ke liang kubur. Karena pada dasarnya, masyarakat kita masih percaya bahwa kematian adalah takdir, sedangkan yang mereka lakukan adalah setingan yang dijalankan dengan penuh kesadaran. Disisi lain penulis skenario tentu tidak mau kalau cerita yang dia tulis memiliki kesan tidak kreatif, karena ending yang terlalu memaksa. Dia pun lalu menambahkan cerita yang lebih ruwet dan ribet lagi. Orang yang menabrakan diri akan mengalami amnesia atau kehilangan daya ingat. Nah dengan begini tentu anda sudah bisa membayangkan efeknya seperti apa. Jika korbannya laki laki, maka istrinya akan lebih leluasa untuk selingkuh; kapan saja dan di mana saja, tidak terbatas ruang dan waktu- pokoknya bebas lepas. Begitu pula sebaliknya. Sampai di sini efeknya lumayan seru bukan? Ok kita sepakat untuk tersenyum dulu akan serunya selingkuh yang bebas ini. Hal lain yang akan terjadi adalah kita bisa stres, marah pun sedih. Anda bayangkan saja, setelah 50 tahun anda menjalin persahabatan dengan korban tersebut, kemudian tiba-tiba dihari jadi yang ke 51 persahabatan kalian, anda hanya disodori kenyataan bahwa teman anda itu tidak mengingat siapa anda. Belum lagi menyangkut rahasia perusahaan, yang dimana teman anda yang sedang amnesia itu satu-satunya orang yang bisa memenangkan anda di pengadilan; tapi dia sudah telanjur jadi mayat hidup.
Sangat mengerikan, tapi itulah jenis sinetron yang disodorkan pertelevisian indonesia saat ini. Tentu semuanya fiktif. Tapi, jika anda menyaksikan itu dengan penuh penghayatan; maka disana perbedaan antara keduanya "fiksi dan nyata" hanyalah selebar sela-sela antara keramik lantai gedung DPR RI. sangat tipis.
Kenyataan ini sulit untuk kita bendung. Karena faktanya hampir diseluruh pelosok, sudah banyak korban percobaan bunuh diri yang berjatuhan di sana sini. Beberapa diantaranya bisa diselamatkan, yang lainnya tak tertolong.
Fenomena ini sangat bijaksana, tidak pilih kasih. Dia membuka diri untuk semua; baik politisi, polisi pejabat, artis, mahasiswa, pelajar dan apalagi masyarakat biasa. Siapa pun yang menjadi korban, dia terima.
Adil bukan? Rasanya indonesia harus belajar banyak dari fenomena yang dihasilkan sinetron ini, untuk bisa berlaku adil terhadap seluruh rakyatnya. Hahaha eitsss kok belajar dari fenomena buruk? Sudahlah cicak; bijaksanalah, kalau fenomena ini memberikan pemahaman tentang keadilan, yah kenapa tidak. Kita ambil sisi positifnya. Hanya itu yang disampaikan cicak sahabat ku selama aku menulis ini, dia pun diam lagi dan serius menonton tipi. Selang beberapa saat dia celetuk lagi, eitss lihat, bukankah itu salah satu politisi terkemuka di negeri ini? Dengan setengah kaget aku mengarahkan pandangan ke tipi itu. Di sana saya melihat berita tentang Bapak Setiap Nopanto yang mengalami kecelakaan. Dalam berita itu, dia dilarikan untuk dirawat di rumah sakit setelah mengalami kecelakaan yang cukup serius yakni mobilnya menabrak tiang listrik dan pohon beringin. Detail kronologi peristiwa ini, belum di ketahui secara pasti karena pihak kepolisian yang ada disekitar lokasi kejadian menolak untuk berkomentar.
Mendadak aku langsung bergeming tak berkata. Ada dua hak yang tiba-tiba muncul hampir secara bersamaan dalam pikiran ku. Yang pertama-aku menaruh kasihan. Kedua---aku pikir, jangan jangan...ini adalah bentuk nyata dari sinetron yang belum selesai ku bahas ini. Mengingat seringnya nama politisi ini, diberbagai media aku langsung menaru curiga. Tapi apakah mungkin seorang politisi terkemuka, bisa dipengaruhi oleh hal hal nyeleneh yang di sodorkan sinetron? "Eitss kau bilang fenomena yang terjadi akibat dari sinetron, bisa menimpa siapa sajakan tanpa terkecuali?" tanya cicak lagi memecah lamunku untuk ke tiga kalinya. "iya, aku pikir begitulah." jawabku singkat, yang langsung ditanggapinya dengan sedikit berteriak penuh semangat. "Yesss... Tidak salah lagi. Setahuku beberapa hari terakhir, bapak ini sering dirundung banyak masalah dan persoalan. Jadi menurutku dia sedang terkontaminasi oleh sinetron sinetron; hal itu terlihat jelas dari caranya menyelesaikan persoalan". "Anda benar, bahwa fenomena itu adalah guru keadilan terbaik." Teriaknya penuh semangat, lalu melompat dan merayap di dinding.
Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala sedikit heran, lalu tersenyum menyetujui alur pikirannya.
Senin, 30 Oktober 2017
Menerjang Lintas Terjal
Oleh: Feliks Jerych
DAHLAN ISKAN DAN TANGGAL 17 AGUSTUS
Walaupun
Dahlan Iskan selalu merayakan hari ulang tahunnya pada tanggal 17 Agustus,
namun sebenarnya Dia tidak begitu yakin dengan kebenaran, bahwa itulah tanggal
dia pertama kali membuka suara lewat tangisan pertamanya di bumi ini. Hal ini
Dahlan kisahkan saat diberi kejutan oleh jajaran Direksi BUMN (Badan Usaha
Milik Negara) usai memimpin upacara kemerdekaan 17 Agustus 2013 yang pada saat
itu Dahlan genap berusia 62 tahun. “Saya sebenarnya juga tidak tahu kapan
sebenarnya tanggal lahir saya. Tanggal lahir saya ditulis sama kakak saya di
balik lemari dengan kapur”, ungkap Dahlan di Gedung Kementerian BUMN, Jalan
Merdeka Selatan, Jakarta.
Bukan
Dahlan Iskan namanya jika dia tidak sempat menyematkan candaan dalam kisanya.
Walaupun itu hanya untuk memancing pikiran dan hatinya sendiri agar bisa
tersenyum, Karena pada dasarnya ekspresi menyenangkan dan mendamaikan itu sudah
melekat erat dengan raut sederhananya. Walaupun dia tak pernah menjelaskan tentang
apa alasan Dahlan selalu tersenyum, tapi melihat banyaknya biografi yang
menceritakan tentang dirinya dan bagaimana kehidupan masa kecilnya, kita bisa
menyimpulkan bahwa mungkin itu adalah cara terbaik Dahlan untuk berdamai dengan
masa lalunya yang begitu keras dan menantang, namun bisa melewatinya bahkan
melampau jauh ke puncak yang tak perna diimpikannya.
Dalam
perayaan Kemerdekaan itu juga Dia melanjutkan kisahnya, tentu anda sudah bisa
menebak bahwa candaan sudah pasti disertakannya. “hari kelahiran saya sudah
tergadai bersama dengan barang-barang perabotan yang saat itu harus dijual
untuk mengobati ibu yang sakit. Sehingga satu persatu perabotan rumah dijual
untuk biaya berobat. Lemari itu juga dijual, nah tanggal lahir saya kayaknya
ikut terjual saat itu bersama perabotan”. Tutur lugas dengan Bahasa sederhana
di atas, memberikan pesan yang serius dan jujur tentang situasi nyata yang
pernah di alaminya dan masih bersahabat baik dengan memori dan ingatannya.
Kata-kata lain yang mengandung makna jenaka yang Dia lontarkan adalah cara
Dahlan agar orang yang mendengar kisahnya merasa terhibur di hari bahagianya
yang juga bertepatan dengan hari bahagia bagi seluruh Rakyat Indonesia, dan
bukan malah meratapi kenyataan dan kekelaman yang pernah mendekap masa
kecilnya.
Dahlan
Iskan memilih bulan Agustus tanggal 17 sebagai tanggal kelahirannya dan juga
sebagai patokan umurnya dalam meniti karir, bukan tanpa alasan atau dia hanya memilih
sembarang angka dalam deretan baris dan kolom kalender. Tapi saat itu anak dengan
umur seusia dia sudah memahami bahwa 17 Agustus adalah tanggal keramat dalam
warisan sejarah bangsa Indonesia. Dan juga ditambah beberapa fakta dari kisah
sang Ayah menjadi pedoman dan refrensi tambahannya dalam memilih tanggal 17
Agustus.
Saat Dahlan menginjak usia sekolah, seperti
anak-anak lain tentu dia membutuhkan akte kelahiran sebagai persyaratan
administrasi untuk mendaftar sekolah. Lantas Dahlan bertanya kepada Ayahnya.
Namun sayangnya sang ayah juga mengaku lupa kapan Dahlan dilahirkan. “Saya
Tanya ke Bapak, ‘Pak kapan tanggal lahir saya?’ Bapak bilang juga gak ingat,
tapi bapak bilang saya mulai bisa merangkak pas Gunung Kelud meletus, pas mau
kemerdekaan, jadi dari kisah itu saya simpulkan saja, dan memilih tanggal 17
Agustus, sebagai tanggal kelahiran saya biar mudah diingat dan tidak lupa lagi.
Sehingga kami tidak ragu dan beban lagi untuk menggadai perabot lain dalam
rumah, kalau-kalau ada kebutuhan mendadak dalam keluarga, karena tanggal itu
sudah ada dalam buku sejarah dan dalam benak dan hati seluruh rakyat Indonesia.
MASA KECIL DI MAGETAN
“Sejuta harapan berbaur dalam cita
Sejuta impian memberontak jiwa
Harapan dan impian niscaya kan
berwujud nyata
Asalkan doa dan usaha mengiringi
jejak langkah”
Dahlan
Iskan lahir di Magetan-Jawa Timur, tepatnya di desa Kebun Dalam Tegalarum,
Kecamatan Bando pada tanggal 17 Agustus 1951. Dahlan adalah anak ketiga dari
empat bersaudara, dari pasangan Ayah Mohammad Iskan dan Ibu Lisnah. Kakak
pertama Dahlan bernama Khosyatun, kakak keduanya bernama Sofwaty, adik
bungsunya bernama Zainuddin.
Berlatar
keluarga yang sangat berkekurangan dan hidup di kampung, tentunya bukanlah hal
yang aneh bila ada orang yang cita-cita tertingginya hanyalah ingin mendapatkan
sepasang sepatu. Jauh sebelum menjadi salah satu orang terpenting di Indonesia,
Dahlan kecil mengalami perjalan hidup yang berat dan berliku seperti yang sudah
banyak diceritakan dalam biografi dan otobiografinya. Ketika sekolah dia harus
menempuh perjalanan jauh tanpa menggunakan alas kaki. Jangankan sepatu,
kelembutan tekstur sandalpun tak pernah dirasahkan kaki mungilnya. Hal itulah
yang menjadi dasar atas penentuan cita-citanya, yakni ingin mendapatkan
sepasang sepatu, kisah ini, bisa kit abaca dalam buku berjudul Sepatu Dahlan.
Memang, jika dibandingkan dengan situasi saat ini, cita-cita dahlan kecil
hanyalah sebuah lelucon sederhana yang tidak terlalu sulit untuk menemukan
calon korbannya, siapapun bisa tertawa.
Keluarga
Kecil Dahlan Iskan sudah terbiasa dengan kehidupan sederhana. Semasa kecil,
Dahlan hanya memiliki satu stel kaos dan celana, serta satu sarung untuk
mengatasi panas dan dinginnya dunia. Sarung adalah benda yang serba guna bagi
Dahlan, bisa menggantikan peran celana, peran celana dan baju, juga sebagai
selimut dikala malam datang. Walaupun hidup di kampung dan dijerat kemiskinan,
dia tidak pernah lupa untuk berbicara dengan Tuhannya, tentang kondisinya,
tentang kehidupannya, dan juga masa depannya; dan Anda tahu, sarung itu juga
kembali berfungsi di sana, ketika dia beribadah. Kemiskinan yang membekap
mereka terkadang membuat Dahlan kecil merasa nyeri di perut karena menahan
lapar. Walau begitu keluarga sederhana ini punya perinsip, “kemiskinan bukan
berarti harus meminta-minta untuk dikasihani, melainkan harus dihadapi dengan
bekerja dan berusaha.” Ayah Dahlan bilang “Kemiskinan
yang dijalani dengan tepat, akan mematangkan jiwa”. Hal itu yang menumbuhkan
karakter Dahlan menjadi seorang anak yang tanggu, dan manusia yang tidak mudah
menyerah dengan keadaan.
Dalam
menjalankan bahtera rumah tangga, keluarga Dahlan memegang teguh dan tidak
main-main dalam berkomitmen. Ayah dan ibunya menjalani segala sesuatu dengan
berdasarkan prinsip yang utuh yakni segala persoalan akan mematangkan jiwa,
jika dihadapi dengan bijak.
Masa
kini kita bisa melihat di banyak media, baik nasional atau pun internasional;
banyak rumah tangga yang gagal dan berujung retak karena faktor ekonomi. Bukan bermaksud
membandingkan dengan kehidupan yang di alami oleh orang tua Dahlan. Namun dalam
menyikapi ini kita haruslah berpikir bijak, mungkin kisah Dahlan tentang
kehidupan keluarganya bisa menjadi inspirasi untuk kita. Dahlan Iskan
mengisahkan bahwa orang tuanya adalah pasangan yang harmonis. Walau keluarga
mereke dililit kemiskinan dan serba kekurangan, ayah dan ibunya hampir tidak
memiliki pertengkaran berarti. “Seingat saya hanya ada satu peristiwa yang
membuat Ayah dan Ibu beradu mulut. Di samping rumah ada pohon pisang, saat itu
daun pisang itu sangat lebat. Ibu sangat suka melihat daun pisang yang rimbun.
Tanpa sepengetahuan Ibu, Ayah memotong daun pisang itu kemudian dijualkan di
pasar, karena butuh uang. Setelah mengetahui hal itu, kontan saja ibu sangat
marah dan terjadilah adu mulut”.
Dibesarkan
oleh keluarga yang harmonis, tentu merupakan impian semua anak. Dan Dahlan
kecil sangat beruntung karena mendapatkan kesempatan itu, banyak hal yang dia
pelajari dari orang tuanya dalam membentuk sikap, prilaku serta semangat kerja
yang tentunya warisan dari sang Ayah. Sepulang sekolah, Dahlan tak langsung
bermain. Dia harus bekerja membantu orang tuanya seperti menyabit rumput,
menjadi kuli seset di kebun tebu, menggembala kambing dan lainnya. Namun hal ini
tak lantas membuat Dahlan kecil kehilangan keceriaannya. Dia tetaplah anak
kecil yang periang dan sesekali nakal.
Pernah
suatu hari, karena sangat ingin memiliki sepatu, Dahlan membongkar lemari
ayahnya guna mencari siapa tahu ayahnya menyimpan sejumlah uang disana. Ia juga
pernah mendapatkan nilai merah di raport-nya. Ketika ia telah berhasil memiliki
sepatu, ia tetap ‘nyeker’ berjalan ke sekolah dan sepatunya ia ‘tenteng’ agar
tetap awet dan tidak rusak.
Pengalaman
kenakalan Dahlan waktu kecil yang lain adalah saat adu menunggang kerbau dan
Dahlan terjatuh dari kerbaunya yang mengakibatkan mulutnya terluka.
Titik Awal Karir Dahlan Iskan
Setamatnya
di Alyah (setingkat SLTA), Dahlan Iskan melanjutkan sekolahnya di Fakultas Hukum
IAIN Sunan Ampel dan di Universitas 17 Agustus. Semasa kuliah Dia lebih senang
mengikuti kegiatan kemahasiswaan seperti Pelajar Islam Indonesia dan menulis
majalah mahasiswa dan Koran mahasiswa ketimbang mengikuti kuliah. Karena
keasyikannya itu Dia jadi tidak meneruskan kuliahnya.
Kemudian
Dahlan Iskan hijrah ke Samarinda, Kalimantan Timur, mengikuti jejak sang kakak
tertuanya. Disana Dia menjadi reporter sebuah Surat Kabar lokal. Kecakapannya
dalam menulis, membuat tulisan-tulisannya menjadi pilihan favorit banyak
pembaca.
Pada
Tahun 1976, Dahlan kembali ke Surabaya Memenuhi panggilan pihak majalah Tempo.
Bermodalkan kemampuan merangkai katanya yang luar biasa, dia menulis degan gaya
features tentang tenggelamnya kapal
Tampomas, dan meletakannya di Headline News Tempo. Dan tulisannya itu pun
mendapat respon yang sangat luar biasa dari banyak pembaca. Prestasi inilah,
yang menempatkan Dahlan menjadi Kepala Biro Tempo Jawa Timur.
Dahlan Iskan dan Jawa Pos
Jawa
Pos didirikan oleh The Chung Shen pada 1 Juli 1949 dengan nama Djawa Post. Pada
akhir tahun 1970-an, omzet Jawa Pos mengalami kemerosotan yang tajam. Tahun
1982, oplahnya hanya tinggal 6.000-an eksemplar saja. The Chung Shen merasa Dia
tidak mampu lagi mengurus perusahaannya, akhirnya memutuskan untuk menjual Jawa
Pos. Mendengar kabar itu Direktur Utama PT Grafiti Pers, Penerbit Tempo yaitu
Eric Samola memutuskan langsung membelinya. Kemampuan, prestasi dan etos kerja yang
dimiliki Dahlan Menghilangkan keraguan dari Eric Samola untuk membeli
perusahaan yang pada awal berdirinya bernama Java Post itu. Dan pada tahun 1982 Dia dipromosikan menjadi
pemimpin Koran Jawa Pos.
Insting
dan Intuisi dari seorang Direktur kondang yang ada pada diri Eric Samola, pada
kenyataannya tidaklah meleset. Terbukti setelah Dahlan menjadi pemimpin, banyak
gebrakan yang dibuatnya, dan pada akhirnya Jawa Pos kembali berjaya dan
persaingan yang awalnya hanya melibatkan Surabaya Post dan Kompas, menjadi
sangat ketat karena ide-ide cemerlang yang membekali Jawa Post. Salah satu ide
cerdas yang dituangkan Dahlan adalah ketika melihat budaya di masyarakat
membaca Koran pada sore hari. Dia memutuskan bahwa Jawa Pos harus memilih jalan
berbeda, yakni terbit dan dibagikan di pagi hari. Tujuannya agar Jawa Pos bisa
lebih cepat menyapa masyarakat di balik koran-koran yang lain.
Ide
ini mendapat tantangan dan rintangan dari stafnya sendiri, namun Dahlan tidak
menyerah, Dia mengatakan justru itulah kesempatan Jawa Pos. Pagi adalah awal
dari segala aktivitas. Terbit dan dibagikan pada pagi hari akan membentuk opini
bahwa Jawa Pos lebih cepat meliput berita dan lebih cepat mengetahui berita
dibandingkan koran lain. Akhirnya Jawa Pos terbit di pagi hari. Awalnya
masyarakat kaget ada Koran yang terbit di pagi hari. Tetapi dengan sabar Dahlan
dan timnya mengedukasi masyarakat untuk membaca Koran di pagi hari. Dahlan
membentuk opini bahwa lebih cepat mengetahui berita yang up to date itu lebih cerdas dan lebih keren. Untuk hal ini Dahlan
Iskan bahkan terjun langsung dalam memasarkan Koran Jawa Pos.
Perlahan
Jawa Pos hampir tidak ada saingannya karena Koran lain tetap terbit sore hari. Dalam
kurun waktu 5 tahun Jawa Pos berhasil terbit dengan oplah 126.000 eksemplar. Pada
tahun 1987 omset Jawa Pos pun naik 20 kali lipat. Dari Surat Kabar yang hampir
gulung tikar, Jawa Pos menjadi Surat Kabar yang spektakuler dan Jawa di bawah
kepemimpinan Dahlan juga berhasil merubah kebiasaan masyarakat dari membaca
koran di sore hari menjadi pagi hari.
Melihat
keberhasilan Jawa Pos, Koran yang lain juga ikut-ikutan terbit pagi karena
takut kehilangan pasar.
Dahlan
Iskan dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga yang pekerja keras, dan penuh
prinsip. Dari situlah ambisiusnya tumbuh dan berkembang. Dia berpikir
kesuksesannya dalam menyelamatkan Jawa Pos, tidak terlalu bernilai karena waktu
akan membunuhnya kembali. Maka dari situ dia mengembangkan jaringan media Jawa
Pos, yang menerbitkan Koran, Majalah dan juga Surat Kabar untuk daerah lain.
Jaringan ini adalah Jawa Pos News Network (JPNN), JPNN kemudian menjelma
menjadi jaringan media terbesar di Indonesia. Keinginannya untuk fokus mengurus
jaringan baru itu sangat tinggi. Dia juga mempertimbangkan eksistensi Jawa Pos
agar tetap hidup dan tidak terganggu karena konsentrasinya terbagi, maka pada
tahun 1993 dia mengundurkan diri dari Pimpinan Redaksi dan Pimpinan Umum Jawa
Pos.
Tahun
1997 Dahlan Iskan membangun gedung pencakar langit yang terkenal di Surabaya
dengan nama Graha Pena. Gedung ini menjadi pusat aktivitas JPNN. Selain di
Surabaya, Dahlan Iskan juga membangun gedung serupa di Jakarta mengingat
Jakarta adalah ibukota Indonesia dan untuk lebih mengukuhkan keberadaan JPNN di
tanah air.
Dahlan
juga melirik media elektronik dengan mendirikan stasiun TV lokal surabaya yaitu
JTV dan SBO, Batam yaitu Batam TV, di Pekanbaru yaitu Riau TV, FMTV di
Makassar, PTV di Palembang, dan Parahyangan TV di Bandung dan di kota-kota
lainnya yang mencapai 34 stasiun televisi lokal.
Dahlan Menjadi Dirut PLN
Kesuksesan
Dahlan Iskan dalam mengembangkan Jawa Pos Group merebak dimana-mana. Setiap
saat media cetak dan elektronik meliput keberhasilan anak desa dari Jawa Timur
itu. Di masa yang sama, Fahmi Mochtar yang pada saat itu menjabat sebagai Dirut
PLN banyak menuai kritikan. Akhirnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mendengar
banyak hal tentang keberhasilan Dahlan Iskan, mengeluarkan keputusan untuk
mengangkat Dia menjadi Dirut PLN menggantikan Fahmi Mochtar.
Banyak
pihak yang tidak setuju dan meragukan hal itu. Sebenarnya keraguan dan ketidak
setujuan yang disampaikan sangatlah beralasan. Bagaimana mungkin orang yang hanya
lulusan SLTA dan tidak lulus kuliah bisa memimpin PLN.
Lagi-lagi
keteguhan dan keuletan Dahlan kembali diuji dan ditantang. Menanggapi hal itu
Dahlan Iskan dengan santainya menjawab “PLN ini tempat berkumpul
orang-orang hebat, karyawan lulusan SMA jurusan terhebat, Fisika, jurusan yang
dianggap paling pintar. Lalu, masuk fakultas teknik elektro ITB, yang juga
terhebat. Lulus ITB, diseleksi lagi masuk PLN oleh senior-senior yang hebat.
Tidak diragukan lagi, PLN adalah kumpulan orang-orang terhebat dan terpintar di
negeri ini” “Ya. Yang dibutuhkan sekarang adalah manusia bodoh seperti saya”.
Jawaban Dahlan itu tentu sangat diplomatis,
dirangkai dengan cerdas dan bermajas, kalau kita mencernanya dengan serius
sebenarnya disana kita akan menemukan kritikan pedas juga. Yakni Kalau
orang-orang hebat yang ada di PLN tidak bisa memberikan dampak apa-apa dalam
perubahannya. Berarti PLN membutuhkan orang bodoh. Tentu di sini dia merendah
dengan mengatakan “orang bodo seperti saya” Dalam hal ini, dia menyerahkan
segalanya kepada masyarakat siapa sebetulnya yang bodoh.
Hari
pertama Dahlan bekerja di PLN, Dia langsung membuat gebrakan antara lain: bebas
byar-pet se Indonesia dalam waktu enam bulan, gerakan sehari sejuta sambungan,
pencabutan capping yaitu batas tarif listrik industri, sehingga lebih adil dan
dapat menumbuhkan iklim investasi di Indonesia.
Selain
program di atas. Dahlan Iskan juga membangun sejumlah besar proyek untuk PLN
seperti membangun PLTS di 100 pulau pada tahun 2011. Di tahun sebelum
kepemimpinan Dahlan, PLN hanya berhasil membangun PLTS di 5 pulau di Indonesia
bagian Timur yaitu Pulau Banda, Bunaken Manado, Derawan Kalimantan Timur,
Wakatobi Sulawesi Tenggara, dan Citrawangan.
Benar
saja, dibawah kepemimpinan Dahlan Iskan yang full visi dan memiliki etos kerja
yang tinggi, PLN memiliki banyak kemajuan. Seperti tidak byar-pet lagi dan
pelayanannya lebih profesional.
Dahlan
Iskan menjabat Direktur Utama PLN hanya dua tahun karena pada tanggal 19
Oktober 2011, Presiden SBY menunjuk Dahlan Iskan menjadi Menteri BUMN
menggantikan Mustafa Abubakar yang sedang sakit.
Sebenarnya
Dahlan sangat berat meninggalkan PLN, karena banyak programnya yang belum
rampung dan visi yang Dia bangun untuk mereformasi PLN masih sedikit yang
terwujud mengingat masa jabatannya yang masih seumur jagung 2 tahun.
Dahlan Menjadi Menteri BUMN
Dahlan
Iskan terlahir dari keluarga yang penuh prinsip dan ambisius. Salah satu
prinsip yang diwariskan sang Ayah adalah walaupun sederhana dan dililit
kemiskinan, tetapi jangan biarkan diri untuk dikasihani. Jika kita melakukan
semuanya dengan baik, maka hal itu akan menuntun kita pada kematangan jiwa.
Prinsip itu selalu terpatri dalam sanubari Dahlan. Dan terbukti hal itulah yang
menghantarkan dirinya dalam merengkuh berbagai prestasi, dan kini Dahlan pun
selangkah lagi ke gerbang Kementerian Badan Usaha Milik Negara.
Bagi
Dahlan mencintai pekerjaan adalah hal yang paling menentukan untuk meraih
kesuksesan. Siapa pun orangnya, jika dia mencintai pekerjaannya maka orang itu
sudah pasti ditunggu oleh kesuksesan. Karena orang mencintai pekerjaan selalu
melaksanakan segala sesuatunya dengan hati dan tentu akan selalu
bersungguh-sungguh.
Tanggal
17 Oktober 2011 adalah hari yang paling mengharukan bagi Dahlan Iskan. Ada dua
hal yang membuat Dia tak bisa menahan isak. Disatu sisi Dahlan sedikit berat
meninggalkan PLN yang dicintainya, karena PLN masih terlalu belia setelah dia
diangkat menjadi Pimpinan di sana. Dan masih ada beberapa programnya yang belum
terwujud. Tapi bagaimana pun, kemampuan Dahlan dalam memimpin dianggap lebih
besar jika hanya memimpin PLN saja. Disisi lain tentu sebagai manusia biasa
yang hanya berasal dari kampung, Dia tidak bisa menahan gejolak yang deras
mengalir disetiap nadinya karena dianggap memiliki kemampuan dan ditunjuk untuk
memimpin BUMN. Bagaiman tidak, Seorang anak kcil yang hanya bercita-cita ingin
memiliki sepasang sepatu kini menjelma menjadi seorang pemimpin BUMN. Tentu itu
semua limpahan berkat dari Sang Maha Cinta sebagai balasan atas usaha, kerja
keras dan kesabaran yang tinggi dari seorang Dahlan Iskan.
Menurut
data waktu itu, tidak dapat dinafikan bahwa BUMN sedikit buruk citranya karena
orang-orang yang ada di dalamnya begitu ambisius dan memiliki prestasi cukup
tinggi dalam menyelewengkan dana. Sehingga saat diangkat menjadi Menteri BUMN, Dahlan
sebagai orang baru yang akan menjadi pimpinan di sana, dikejutkan dengan sebuah
pertanyaan. Walau demikian, sebenarnya Dahlan tidak terlalu terkejut juga,
karena Dia sudah terbiasa mengerjakan dan menggerakan sesuatu dengan cinta. “BUMN
adalah lembaga yang sering menjadi sasaran empuk korupsi, bagaimana menurut
anda?” Menanggapi pertanyaan seperti itu, Dahlan tersenyum sambil
menjawab “Menurut pengamatan saya, di lembaga ini ada 10% orang yang
jujur dan ada 10% orang yang tidak jujur. Sedangkan yang 80% berada di
tengah-tengahnya, tergantung yang memimpin. Jika yang memimpin termasuk orang
yang jujur maka yang 80% tadi ikut yang jujur sehingga yang jujur menjadi 90%.
Sebaliknya jika pemimpinnya tidak jujur maka yang 80% juga ikut yang tidak
jujur sehingga yang tidak jujur juga menjadi 90%. Jadi kembali lagi ke
pemimpinnya” Tentu merupakan sebuah jawaban yang sangat cerdas. Lewat
jawaban berbentuk perumpamaan di atas, Dahlan ingin mengedepankan soal
integritas seorang pemimpin. Artinya semua tergantung pemimpinnya, ke arah mana
pemimpinnya ingin membawakan lembaga itu. Pada kesempatan itu juga, Dahlan
menyadari bahwa dia belum memulai bekerja. Jadi Dia tidak terlalu banyak
memberikan jawaban dan janji-janji, Dahlan berpiki biarkan waktu yang nantinya
akan menghantarkan jawaban-jawaban itu ke tengah tengah masyarakat.
Semenjak
menjadi menteri BUMN, Dahlan Iskan melakukan beberapa gerakan. Salah satunya
adalah membersihkan BUMN dari korupsi. Langkah awalnya adalah dengan memberi
kriteria khusus dalam mengangkat CEO di perusahaan BUMN. Salah satu kriterianya
adalah memiliki integritas yang tinggi. Syarat yang lain adalah memiliki
antusias untuk maju.
Menurut
Dahlan ada dua hal yang paling bisa menentukan langkah sebuah lembaga ke arah
yang lebih baik, yakni integritas dan antusiasme yang tinggi untuk maju. Dahlan
berpikir, zaman sekrang tidak terlalu sulit untuk menemukan orang yang pandai.
Orang-orang zaman sekarang pandai-pandai semua, tapi banyak diantaranya yang
salah menggunakan kemampuan atau kepandaiannya itu. Jadi jika orang pandai
tidak memiliki integritas atau antusias untuk maju, maka tamatlah riwayat
lembaga itu, tamatlah riwayat Indonesia tercinta ini.
Selasa, 23 Mei 2017
Kitab Kehidupan
Lentera zaman deras melanda
Dalam diam mereka berbicara
Dalam genggam mereka mengaduh
Semunya terkungkung merapuh
Tatkala keremangan mendekap
Tertampak bangsal sepi itu berseri ria
Sebentar lagi sahabatnya datang
Dia adalah pria renta berkaca mata
Dalam selimut cahaya biru muda
Gaun putih itu disingkapnya pelan
Bercak-bercak hitam dia lahap
Semua makna yang tersirat dia serap dan merersapinya
Roda kehidupan kian cepat berputar
Tapi tidak membuat dia goya
Dunia bertumbuh dan jadi tergesa-gesa
Tapi tidak membuat dia gelisah
Tumpukan kitab tebal di atas meja bundar
Telah mengajarkan dia arti waspada
Langganan:
Postingan (Atom)