Tak
ada tanda tanya yang mengganjal. Ku lewati malam dengan hal yang biasa-biasa
saja, tanpa ada mimpi yang memberiku sinyal bahwa sebuah pelajaran tentang
hidup akan segera ku dapat. Sunggu sebuah peristiwa yang sulit untuk tidak
bersyukur, kehadirannya menyapa hari baruku dengan lembut selembut sinar
mentari pagi, seakan mau mengajakku untuk bergabung dalam sebuah sandiwara
romantika kehidupan, dengan tema “Kesetiaan yang Sesungguhnya.”
Seperti
pagi-pagi sebelumnya, aku mngunjungi warkop yg berjarak tidak terlalu jauh dari
kos ku. Sesuatu yg menarik terjadi, dan belum prnah kujumpai sebelumnya. Disaat
gelas kopi ku hampir kosong, tiba-tiba seorang Kakek muncul dengan langkah yg
bergontai menuju warkop yg kukunjungi itu. Di tanganya ku lihat sebuah kresek
putih yg berisi sekitar 4 potong pisang goreng. Dengan nafas yg ngosngosan dia
langsung menjawab pertanyaan yg masih terselubung dalam hatiku dengan
menggunakan dialeg jawa. “Cape sekali nak, tadi pulang dari pasar beliin
gorengan untuk istri saya, dia sudah tua sekali tidak bisa jalan.” “Es teh sito
mak!” Suara kakek itu, disela-sela ceritax. Pemilik warkop dengan cepat
mnghantarkan es teh itu. Perasaan ibahku semakin bertambah ketika pemilik
warkop berbisik bahwa kakek itu tidak memiliki anak.
Dengan
tangan gemetar mengikuti irama getaran tubuhnya dia mengambil gelas teh itu
untuk diminum. Hebatnya dia tidak mngambil satu potong pun gorangan itu untuk
menemani tehnya.
Aku
hanya bergeming dan tak mampu berucap layaknya seorang yang mendadak bisu,
setelah melihat hal yang luar biasa itu. Karena jujur itu merupakan kali
pertama ku menyaksikan sendiri hal yang sebenarnya sering diceritakan
orang-orang tentang kisah-kisah mendalam seperti ini. Sungguh hari yang luar
biasa. Bagiku, kehadiran kakek ini sangat muliah, karena membuat keraguanku
memudar atas ketidakyakinanku akan cerita-cerita yang pernah kudengar.
Selang
beberapa saat kemudian, dia mngambil uang Rp 2000 dari dlm saku bajux yg
terlihat kumal untuk membayar teh yg telah melepaskan dahaganya. Dan setelah
menerima kembalian dia langsung meninggalkan warkop itu dan membiarkan tehnya
yg masih tersisa….
Sunggug
luar biasa dan nyata cinta kakek ini kepada istrinya.
Jangankan
berjalan berbicara saja dia sudah kecapean, tetapi kekuatan cintanya tak pernah
luntur. Api asmara mereka terus bergelora menghangatkan janji setia sampai
mati yang pernah mereka ikrarkan yakni saling melengkapi sampai kapanpun
dan dalam keadan apapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar