Cerita ini hanya fiktif belaka, mohon maaf apabila ada kesamaan nama. Tidak ada unsur kesengajaan. :)
==========================================
Pagi
itu ketika aku membuka pintu kamar yang berukuran 3 x 4 sebuah sinar kemerahan
muncul membias dari ufuk timur seakan ingin menyapa hari baru ku. Aku yang
masih tampak lesu seperti layaknya semua orang yang baru bangun dari tidur,
berusaha untuk mengimbangi keramahan sang mentari pagi itu, tetapi mataku belum
terlalu siap untuk memberikan senyuman kepadanya.
Sambil
mengucek mata dengan tangan kanan, perlahan-lahan ku atur langkahku menuju
sebuah dispenser. Di sana aku mengambil sebuah gelas lalu mulai mengisinya
dengan air.
Sambil
menunggu gelas itu penuh, pikiran ku kembali membayangkan situasi semalam,
situasi yang membuatku tak bisa tidur, situasi yang membuat harapann ku hancur.
Orang
yang selama ini ku kagumi, orang yang selama ini ku suka, orang yang selama ini
selalu kuhadirkan dalam sebuah angan-angan asmara, secara terkejut
yang membuat jantungku sempat tersentak
meng-update sebuah peristiwa penting di sebuah jejaring sosial (facebook) “tanggal 20 Oktober 2013 Nesya berpacaran
dengan Gordy” kurang lebih seperti itu yang muncul di berandaku.
Hatiku
sangat hancur dan remuk karena hasrat asmaraku, harapan dan hayalan indah yang
selama ini ku rangkai dan ku bungkus dengan rapih gagal sebelum disampaikan (Kasih Tak Sampai)
Dalam
pikiranku bayangan dirinya berlari-lari di kejar oleh dia yang telah
mendapatkan cintanya, sedangkan aku hanya duduk diam di sebuah bangku panjang
menyaksikan mereka bercumbuh dengan penuh kehangatan cinta.
Bayangan
demi bayangan terus membuntuti pikiranku .
“Aaaaahhhhhhh……..”
Aku
berteriak sambil memegang kedua sisi kepalaku, tangan kanan memegang tepat di
atas telinga kanan dan tangan kiri tepat di atas telinga kiri.
“Plllaaaakkkkk…….”
Sebuah
bunyi benda yang jatuh bersamaan dengan suara seorang lelaki menyadarkanku dari
lamunan panjangku.
“Ada apa Feliks???” suara
Joni dari pintu kamar kosnya dengan tampang yang sangat kaget.
“Ngga….nggga… ini…. anu….apa
namanya……” aku tidak menyambung kata-kata itu,
karena Joni memoyongnya “makanya
hati-hati, kalau masih ngantuk tidur aja dulu…. Jangan langsung minum air, sok
rajin kamu…!!!” sambil menutup kembali pintunya. Aku tidak mau berkomentar,
karena pikiranku belum terlalu tenang untuk mengaju argumentasi.
Satu
persatu kepingan-kepingan gelas yang pecah itu ku pungut dan kumasukan dalam
sebuah kantongan plastik untuk dibuang ke tempat sampah.
Rangkaian
peristiwa pagi itu membuat rasa hausku hilang.
Dari
sebuah kursi plastik berwarna hijo muda yang berada di sebelah kanan pintu di teras kos, aku
perhatikan keremangan pagi dengan kabut berwarna kelabu yang dihiasi dengan cahaya
kemerahan yang membias disekitarnya sudah mulai menghilang dan perlahan berubah
menjadi sinar mentari yang panas.
Aku
kembali ke kamar yang berukuran 3x4, ku melihat tempat tidurku sangat
berantakan, dengan letak bantal dan selimut yang tidak beraturan. Sesaat ku
memandang situasi itu, dan akhirnya kumemutuskan untuk tidak mempedulikannya.
Aku
tarik pandanganku dari pemandangan buruk itu, dan ku arahkan ke sebuah meja yang
berukuran kecil, di sana ku melihat sebuah laptop vaio dengan monitor yang
tampak gelap, cepat-cept aku menghidupkan laptop itu.
Sambil
mendengar lagu “Jangan Tutup Dirimu” dari
Stinky, aku masuk ke beranda facebook diteruskan dengan menelusuri profilnya.
Di
sana kujumpai sebuah senyuman, senyuman yang tidak asing lagi bagiku, senyuman
yang selalu membuat hati ini tenang bila melihatnya, Senyuman yang dapat
membuat hati ini menangis bila tidak memilikinya.
Dengan
tangan gemetar, aku zoom foto itu, sambil meneteskan air mata… menyadari k e e
g o i s a n l i d a k u yang tidak mau menerjemahkan perasaan ini
lewat kata-kata.
Ku
tak akan berhenti mengaggumi mu…!!!
Salam : Feliks Jerych